Saat membahas pendidikan Islam tentunya meliputi tiga aspek penting. Pertama, pendidikan Islam dalam arti Institusi seperti lembaga pendidikan pesantren, madrasah, TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) . kedua, Pendidikan Islam dalam arti materi seperti materi PAI di sekolah sekolah umum. Ketiga, pendidikan Islam dalam arti kultur seperti pembentukan kultur atau karakter yang diterapkan dalam sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai keislaman seperti di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, pesantren, madrasah, lingkungan keluarga islami, hingga majelis ta’lim.
Sebagai sebuah perguruan tinggi Islam tentu istilah Islam semua spirit pengembangan harus merujuk pada al Qur’an dan Al Hadits sebagai ruh pengelolaannya. Perguruan tinggi Islami yang bersumber dari nilai-nilai Islam tentu dibangun di atas tiga pilar pendidikan tersebut. Kultur Islami harus menjadi denyut nadi yang terus berjalan dinamis agar terus mengkristal kuat dan membumi. Artinya semua mimpi stakeholder di lingkungan PTKIS harus mengawali gerakan ini berawal dari sumber fundamental agama kemudian merancang grand design perguruan tinggi yang kulturnya senafas dengan nilai-nilai Qur’ani. PTKIS harus terus mengembangkan ilmu yang amaliyah dan amal yang ilmiah untuk diridhai Allah dan dibanggakan Rasulullah saw.
Sejauh ini lembaga pendidikan yang terbukti terdepan dalam mengusung semangat dan mengimplementasikan nilai-nilai islami adalah pesantren pesantren. Apalagi eksistensinya juga sebagai lembaga pendidikan Islam tertua yang ada di Indonesia. Terbentuknya pendidikan tinggi dengan segala kekhasannya ini merupakan wujud perenungan untuk mengembangkan ilmu dan spirit agama dengan berorientasi pada Spiritualitas dan Intelektualitas, oleh karena itu spirit tersebut harus terus menjadikan al Qur’an sebagai bingkainya dalam setiap langkah pengembangannya.
Oleh karena itu, pengembangan Perguruan Tinggi diproyeksikan untuk mencetak alumni yang memiliki kemapanan intelektualitas dan Kedalaman ilmu agama. Sehingga semua civitas akademik dan alumni tidak hanya menjadi lembaga pendidikan Islam yang dibanggakan di dunia tetapi menjadikan lembaga pendidikan Islam (PTKIS) yang bernilai tinggi dari kacamata akhirat. Program kampus dan Alumni diharapkan juga “laku” saat ditawarkan kepada masyarakat dan pemerintah. Semua langkah dan visi civitas akademik harus terus berupaya satu frekuensi baik gerak, gerik, garuk. Dari dari niat luhur inilah pengembangan PTKIS tentu tidak hanya berstandar dunia tetapi juga berstandar berstandar Akhirat (SDA).
Baca juga artikel menarik lainnya :
Untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang memiliki standar Dunia Akhirat yang selaras dengan nilai-nilai Al Qur’an dan al Hadits maka perlu penyesuaianpenyesuaian program dan visi yang tetap menjadikan al Qur’an dan Al Hadits sebagai referensi utama. Karena Islam adalah agama yang tinggi/luhur dan tidak ada yang lebih tinggi darinya (al Islamu ya’lu wala yu’la alaihi). Maka PTKIS dengan sumber yang tinggi tersebut harus berorientasi pada kelembagaan, kultur dan Materi. Untuk itu beberapa yang bisa dilakukan yaitu menyiapkan PTKIS yang memiliki lembaga Unggul, Kompetitif dan Berkarakter Islami.
Institusi Unggul
Keunggulan PTKIS tidak hanya dalam penilaian makhluk tetapi juga di hadapan Allah. Karena pendidikan Islam tidak hanya berorientasi kemuliaan di dunia tetapi semua juga bisa bernilai ibadah untuk kehidupan akhirat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka civitas akademik harus mampu memerankan diri sebagai khalifatullah. Sebagai hamba Allah di dunia maka tugasnya adalah sebagai Abdullah (hamba Allah) yang menjadikan aktivitas di Perguruan Tinggi sebagai lahan ibadah, baik sebagai tenaga pendidik maupun kependidikan memposisikan sebagai “karyawan Tuhan” dan selalu berupaya mengabdi sebaik-baiknya. Wujud pengabdian dengan meniatkan semua gerak, gerik dan garuk sebagai sajadah dan tasbih untuk mendapatkan nilai akhirat, disamping itu tentu dengan senantiasa menjauhkan diri dari perilaku yang tidak diridhai Allah. Semua Civitas akademik satu frekuensi sebagai khalifah dan pegawai prioritas Allah yang tentu tentu memiliki berbagai keunggulan. Allah sebagai pengawal, Allah sebagai penolong, Allah sebagai tempat bersandar dan berserah diri. Oleh karenanya semua prestasi, capaian dan kemudahan hadir karena mendapatkan kelebihan (Fadl) dari Allah SWT. Sumber lahirnya program dan target program diselaraskan dengan petunjukNya yaitu “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang- orang yang beriman. (QS. ALI IMRAN : 139) Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu. (Q.S. MUHAMMAD : 35) ”. Ayat tersebut harus menjadi motivasi dan sugesti untuk mencapai jalan hakiki dalam mengelola PTKIS. Bahwa lembaga kita adalah sajadah kita, aktifitas kita adalah tasbih kita, pembelajaran kita ada zikir kita, aktifitas kita anal manasik kita sebagai pejuang bahkan perwira dalam Agama yang kita perjuangkan. Ayat tersebut harus menjadi pondasi visi yang membingkai seluruh gerak, gerik dan “garuk garuk” semua civitas akademik dan terus berkomitmen dan kerja keras dalam mewujudkannya. Termasuk siapapun yang telah menancapkan mimpi baiknya maka haruslah dilandasi dengan optimisme, percaya diri, keyakinan kuat bahkan keimanan kokoh atas kawalan dari Allah swt. Oleh karena, tentu siapapun yang telah membangun pondasi manajemen PTKIS dengan sebuah kontrak langit dan “dekengan pusat” maka ungkapan al Islamu Ya’lu wala Yu’la Alaih benar-benar terwujud, dan PTKIS tidak bisa “ditaklukan” oleh lembaga-lembaga yang hanya menggunakan indikator kesuksesan dengan instrumen-instrumen duniawi.
Visi Kompetitif
Pekerjaan dapur yang berat dalam mengelola PTKIS yaitu menyiapkan generasi masa depan yang memiliki hard skill dan softskill yang kompetitif. Persaingan global telah memaksa kita untuk membekali calon lulusan dengan berbagai instrumen. Tidak hanya iman dan taqwa, tetapi juga berbagai perkembangan teknologi, literasi digital, peka terhadap situasi, membaca fenomena global, bahkan mampu memprediksi tren global, Betapa pentingnya suatu persiapan, karena gagal mempersiapkan sama halnya mempersiapkan kegagalan. Melalui persiapan yang matang harapannya medali kemenangan bisa diprediksi. Bahkan bila perlu dinyatakan sebagai pemenang sebelum masuk ke dalam pertandingan global yang keras. Untuk itu persiapan sangat diperlukan dalam menyiapkan generasi masa depan yang Qur’ani. Proses di PTKIS adalah garansi untuk mewujudkan target tersebut, karena proses tidak pernah mengkhianati hasil. Jangan sampai kita justru menyiapkan generasi yang kalah sebelum perang. Al Qur’an telah memberikan warning kepada kita, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. AL ANFAL : 60)
Mahasiswa kita harus menjadi calon Pemimpin masa depan yang telah disiapkan dari awal sejak di Perguruan Tinggi. Tidak ada pemimpin matang yang diproses dengan instan, ujug-ujug, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba muncul seorang pemimpin apalagi sebelumnya justru dikenal buruk akhlaknya. Jangan hanya menyiapkan kader yang cerdas secara intelektual (Intelectual Quotient) , tetapi perlu dilengkapi kecerdasan emosional (Emotional Quotient), lebih penting juga kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient), bahkan disempurnakan dengan kecerdasan ketahanmalangan (Adversity Quotient). Jangan sampai PTKIS justru menjadi mesin pencetak pemimpin yang petantang-petenteng menampilkan casing yang bagus hanya demi kursi empuk dan jabatan menumpuk pada isinya justru zonk.
Berkarakter Islami
Akhlak adalah inti dari perjalanan ilmuwan, Akhlak adalah buah dari ilmu, akhlak adalah cover seorang manusia. Karakter inilah yang dibutuhkan dalam tantangan zaman saat ini. Trend pendidikan abad 21 akhlak menjadi perhatian yang serius oleh perguruan tinggi baik Nasional bahkan internasional. Akhlak atau karakter sejatinya adalah ruh dan spirit yang berangkat dari ketulusan bahkan keikhlasan yang telah yang tumbuh dari relung hati yang dimensinya sangat jernih dan suci. Ketulusan dan keikhlasan menjadi elemen vital dalam berkhidmat, mengajar, bekerja dan belajar. Semua dilakukan semata mata karena Allah. Bila hal ini menjadi karakter yang tertanam kuat dalam hati maka semua pekerjaan akan dikawal oleh Allah. Bagi siapapun pengelola pendidikan maka jiwa ini perlu dibangun karena merupakan perintah Allah Sebagaimana tertuang dalam QS. Berikut “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. AL BAYYINAH : 5). Oleh karena itu, karakter harus menjadi atensi bersama, karena hal inilah yang menjadi ruh dalam pendidikan Islami. Karena buah dari ilmu adalah Akhlak dan akhlak di atas segala-galanya. Maka orientasi pendidikan kita harus menjadikan orientasi ilmu yang abstrak dengan karakter yang konkrit.