Bondowoso – Suasana Aula Institut Agama Islam (IAI) At-Taqwa Bondowoso tampak meriah dan penuh semangat pada Rabu, 30 April 2025. Sebanyak 180 mahasiswa dari berbagai program studi memadati ruangan untuk mengikuti Kuliah Dosen Tamu bertema Public Speaking bersama narasumber nasional. Acara ini terselenggara atas kerja sama antara IAI At-Taqwa Bondowoso dan Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Cabang Jember.
Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran alternatif yang dirancang untuk melatih mahasiswa agar lebih percaya diri dan mampu berbicara di depan umum. Hadir sebagai pemateri utama, Prita Hedriana Wijayanti, S.Sos., CNLPBP, CDMP, seorang praktisi public speaking bersertifikasi nasional, yang menyajikan materi dengan gaya santai, interaktif, dan penuh praktik langsung.
Para peserta berasal dari lintas program studi, seperti Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Ekonomi Syariah (ES), dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Mereka terlihat sangat antusias dan aktif mengikuti sesi demi sesi yang berlangsung dinamis.
Menurut Prita, public speaking bukan semata-mata soal kemampuan bicara, tetapi lebih kepada bagaimana seorang pembicara bisa membangun keterhubungan emosional dan intelektual dengan audiennya. “Bukan seberapa banyak kata yang kita keluarkan, tapi bagaimana kata itu sampai dan berdampak,” ujarnya.
Kegiatan yang juga dihadiri oleh para pimpinan dan dosen IAI At-Taqwa ini dibuka oleh sambutan Dr. Suheri, M.Pd.I, yang menekankan pentingnya memahami trik-trik komunikasi publik, terutama pada satu menit pertama yang menentukan fokus audiens terhadap pembicara.
“Mahasiswa harus tahu siapa audiennya, dalam konteks apa mereka berbicara, dan bagaimana mengendalikan dirinya. Ini sangat penting, apalagi bagi calon guru yang akan tampil mendidik sekaligus menginspirasi,” tegas beliau.
Kegiatan ini memiliki tujuan besar: membentuk generasi muda yang bukan hanya cakap secara akademis, tetapi juga mampu membangun komunikasi yang empatik, meyakinkan, dan penuh daya tarik—baik di ruang kelas, panggung ilmiah, maupun forum sosial.
Tidak hanya mendengarkan teori, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk praktik langsung. Beberapa tampil menjadi MC, moderator, atau pembicara dengan beragam gaya komunikasi. Momen ini memicu gelak tawa, tepuk tangan, hingga kepercayaan diri baru bagi mereka.
Dengan gaya khas Gen Z yang ekspresif, para mahasiswa tampak lepas dan berani mencoba. Kehadiran YDSF Jember dalam mendukung program ini memperlihatkan sinergi nyata antara lembaga pendidikan dan lembaga sosial dalam menumbuhkan soft skill generasi muda.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kampus tidak hanya sebagai tempat belajar teori, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan keterampilan hidup. Melalui kerja sama strategis seperti ini, IAI At-Taqwa terus berupaya mencetak lulusan yang siap tampil, menginspirasi, dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Lebih jauh, beliau menekankan bahwa mahasiswa harus mampu menganalisis audiens, memahami konteks acara, dan mampu menguasai diri di atas panggung. Semua ini menjadi bekal utama untuk menjadi guru yang tidak hanya menyampaikan pelajaran, tetapi juga membentuk karakter siswa lewat komunikasi yang hidup dan inspiratif.
Sesi juga diselingi praktik langsung. Mahasiswa diminta tampil spontan sebagai MC, moderator, atau pembicara. Di sinilah muncul tawa, tepuk tangan, bahkan keberanian baru dari mereka yang semula merasa grogi. Prita mengingatkan, grogi itu manusiawi. Tips yang ia berikan sederhana: “Terima rasa gugup itu, hadapi, dan kompromikan—bukan dihindari,” tegasnya sambil disambut anggukan semangat dari peserta.
Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan konsep, tetapi juga melatih kepercayaan diri mahasiswa dalam berbicara, berdiskusi, dan menyampaikan gagasan secara efektif. Teknologi digital—dari presentasi visual hingga platform daring—juga dibahas sebagai media penting untuk menunjang kemampuan berbicara.
Kolaborasi antara IAI At-Taqwa dan YDSF Jember ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi harus merangkul tantangan zaman. Tidak cukup hanya mencetak lulusan pintar di atas kertas, tapi juga generasi pembelajar yang siap tampil, menyuarakan nilai, dan menginspirasi perubahan positif di masyarakat.