16 February 2025

IAI At-Taqwa Bondowoso Sukses Gelar Sekolah Manajemen Masjid Indonesia (SMMI) Jilid II

 

Bondowoso, Institut Agama Islam (IAI) At-Taqwa Bondowoso kembali menggelar Sekolah Manajemen Masjid Indonesia (SMMI) Jilid II pada Sabtu, 15 Februari 2025. Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara IAI At-Taqwa Bondowoso dengan Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF), Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Wonosari, serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) SDGs IAI At-Taqwa Bondowoso.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola masjid dalam aspek manajerial, keuangan, hingga program pengelolaan dakwah dan sosial berbasis masjid. Kegiatan ini diikuti oleh 127 peserta yang terdiri dari takmir masjid, pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) kab. Bondowoso, mahasiswa, serta masyarakat umum yang memiliki kepedulian terhadap peran masjid di lingkungan masing-masing.

Dalam sambutannya, Rektor IAI At-Taqwa Bondowoso, Dr. Suheri, M.Pd.I, menegaskan bahwa masjid harus menjadi pusat kegiatan umat yang tidak hanya fokus pada ritual ibadah, tetapi juga sebagai tempat pendidikan, ekonomi, dan sosial. “Kami berharap melalui program ini, para pengurus masjid dapat lebih profesional dalam mengelola masjid, sehingga keberadaan masjid dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat,” ujarnya.

Hadir pemateri-pemateri profesional dalam kegiatan ini, diantaranya adalah Ketua Yayasan AT Taqwa Bondowoso KH. Dr. Abah Imam Barmwai Burhan, Ketua Dewan Masjid Iindonesia (DMI) Kab. Bondowoso KH. Abdurrahman Ilyas, Kepala Pimpinan dari Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF),: Mas Deki Zulkarnain, Ustad M. Yusuf Nasyiruddin Ketua Takmir siti Aminah Al-Askar Pajarakan Probolinggo, KH. Ahmad Siddiq Ketua Takmir Masjid Agung At Taqwa Bondowoso. Materi yang disampaikan dalam SMMI Jilid II meliputi strategi pengelolaan masjid modern, transparansi keuangan masjid, optimalisasi peran masjid dalam pemberdayaan masyarakat, serta penerapan teknologi digital dalam pengelolaan masjid. Para narasumber yang hadir merupakan sejarawan, praktisi manajemen masjid, serta tokoh-tokoh NU yang berpengalaman dalam bidang dakwah dan filantropi.

Ketua pengarah kegiatan, Ustadz Abdul Wasik, M.HI, menyampaikan bahwa kegiatan ini mendapatkan antusiasme yang tinggi dari peserta. “Kami sangat berterima kasih atas respon positif dari para peserta. Harapan kami, ilmu yang diperoleh di sini dapat diaplikasikan di masjid masing-masing, sehingga masjid semakin makmur dan mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan umat, atau mnimal kegitan diklat SMMI ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita yang suatu saat kita akan menerapkannya” tuturnya.

Dengan suksesnya pelaksanaan Sekolah Manajemen Masjid Jilid II , diharapkan akan muncul generasi pengelola masjid yang lebih inovatif, profesional, dan mampu menjawab tantangan zaman. Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat peran masjid sebagai pusat peradaban Islam yang dinamis dan berdaya guna.

Dalam kegiatan Diklat Takmir Masjid di IAI At Taqwa Bondowoso, peserta diharapkan dapat melaksanakan beberapa Rencana Tindak Lanjut (RTL) sebagai bentuk implementasi dari ilmu yang telah didapat. Berikut beberapa RTL yang dapat dilaksanakan:

Pertama , Penyusunan Program Kerja Masjid: Peserta dapat menyusun program kerja masjid yang mencakup kegiatan rutin seperti pengajian, kegiatan sosial, dan pelatihan untuk jamaah. Kedua , Penguatan Manajemen Masjid: Meningkatkan kemampuan manajerial pengurus masjid, termasuk pembagian tugas, keuangan masjid, serta pencatatan administrasi. Ketiga , Peningkatan Kualitas Dakwah: menyebarkan metode dan strategi dakwah yang lebih efektif dan menarik bagi jamaah, seperti pembentukan kelompok pengajian. Keempat , Pengelolaan Sumber Daya: Mengidentifikasi dan mengelola sumber daya masjid, termasuk pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada untuk kepentingan umat. Kelima , Pelatihan dan Pengembangan SDM: Mengadakan pelatihan untuk pengurus masjid dan generasi muda untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan masjid. Keenam , Penanganan Isu Masyarakat: Mengidentifikasi isu-isu yang dihadapi masyarakat sekitar masjid dan merencanakan program kegiatan yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Ketujuh , Peningkatan Hubungan dengan Jamaah: Membangun komunikasi yang baik dengan jamaah, termasuk melakukan survei untuk mengetahui kebutuhan dan harapan mereka terhadap masjid. Kedelapan , Kegiatan Sosial dan Lingkungan: Menginisiasi kegiatan sosial yang berkontribusi bagi masyarakat, seperti bakti sosial, lingkungan, dan kegiatan kemanusiaan.

Peserta juga disarankan untuk menyusun laporan RTL secara bertahap dan melibatkan anggota masyarakat dalam setiap langkah yang dilakukan. Dengan cara ini, diharapkan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat pemberdayaan umat.

 

Pertama , Penyusunan Program Kerja Masjid: Peserta dapat menyusun program kerja masjid yang mencakup kegiatan rutin seperti pengajian, kegiatan sosial, dan pelatihan untuk jamaah. Kedua , Penguatan Manajemen Masjid: Meningkatkan kemampuan manajerial pengurus masjid, termasuk pembagian tugas, keuangan masjid, serta pencatatan administrasi. Ketiga , Peningkatan Kualitas Dakwah: menyebarkan metode dan strategi dakwah yang lebih efektif dan menarik bagi jamaah, seperti pembentukan kelompok pengajian. Keempat , Pengelolaan Sumber Daya: Mengidentifikasi dan mengelola sumber daya masjid, termasuk pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada untuk kepentingan umat. Kelima , Pelatihan dan Pengembangan SDM: Mengadakan pelatihan untuk pengurus masjid dan generasi muda untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan masjid. Keenam , Penanganan Isu Masyarakat: Mengidentifikasi isu-isu yang dihadapi masyarakat sekitar masjid dan merencanakan program kegiatan yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Ketujuh , Peningkatan Hubungan dengan Jamaah: Membangun komunikasi yang baik dengan jamaah, termasuk melakukan survei untuk mengetahui kebutuhan dan harapan mereka terhadap masjid. Kedelapan , Kegiatan Sosial dan Lingkungan: Menginisiasi kegiatan sosial yang berkontribusi bagi masyarakat, seperti bakti sosial, lingkungan, dan kegiatan kemanusiaan.

Peserta juga disarankan untuk menyusun laporan RTL secara bertahap dan melibatkan anggota masyarakat dalam setiap langkah yang dilakukan. Dengan cara ini, diharapkan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat pemberdayaan umat

 

In this article:
Share on social media:
Facebook
Twitter
LinkedIn
Telegram