Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Dalam hidup ini, sering kali kita merasa memiliki segalanya harta, ilmu, kemampuan, jabatan, bahkan penghormatan dari orang lain. Namun, dawuh KH. Moh. Hasan Mutawakkil ‘Alallah mengingatkan kita:
“Semua yang kita miliki, baik itu materi, kemampuan, ilmu, jabatan, dan berbagai kenikmatan dunia, sewaktu-waktu bisa dicabut oleh Allah. Ilmu bisa hilang, ingatan bisa nge-blank kalau Allah menghendaki. Pagi dihormati orang, malam dicerca orang. Itu banyak terjadi.”
Pernyataan ini menjadi pengingat penting bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan Allah. Sebagai hamba-Nya, kita tidak memiliki kuasa penuh atas apa yang kita miliki.
Hidup di dunia ini bersifat dinamis. Tidak ada yang benar-benar abadi.
-
Harta: Sekaya apa pun seseorang, kekayaan itu bisa lenyap dalam sekejap melalui musibah, kebangkrutan, atau bencana.
-
Ilmu dan kemampuan: Orang yang cerdas sekalipun bisa kehilangan ilmunya karena penyakit atau lupa jika Allah menghendaki.
-
Kehormatan dan jabatan: Penghormatan dari orang lain atau kedudukan tinggi bisa berubah menjadi hinaan dan penolakan dalam hitungan waktu.
Kehidupan ini adalah ujian, dan perubahan dalam nikmat yang kita rasakan adalah bagian dari cara Allah menguji kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur kita.
Allah SWT mencabut nikmat dari seorang hamba bukan tanpa sebab. Di antara alasan-alasannya adalah:
-
Kurangnya rasa syukur: Allah berfirman:
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
-
Sebagai ujian: Kehilangan nikmat sering kali menjadi cara Allah menguji sejauh mana keimanan kita kepada-Nya.
-
Mengembalikan kesadaran: Kadang-kadang, manusia menjadi sombong dan lupa kepada Allah ketika dilimpahi kenikmatan. Maka, pencabutan nikmat adalah cara Allah mengingatkan agar kita kembali kepada-Nya.
Sebagai hamba Allah, tugas kita adalah mengelola nikmat yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
-
Bersyukur: Rasa syukur atas segala yang kita miliki adalah kunci untuk mempertahankan nikmat. Syukur tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam tindakan dan pemanfaatan nikmat untuk kebaikan.
-
Berbagi: Nikmat yang kita miliki adalah amanah. Berbagi kepada sesama, baik berupa harta, ilmu, maupun waktu, adalah cara terbaik untuk menjaga keberkahan nikmat tersebut.
-
Tawakkal: Ketika nikmat itu hilang, tetaplah berserah diri kepada Allah. Ingat bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya, dan Dia yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita