Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Mengenang KH. Abdurrahman Wahid
(7 September 1940 – 30 Desember 2009)
K.H. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah sosok yang begitu lekat di hati masyarakat Indonesia. Sebagai seorang ulama, budayawan, dan negarawan, Gus Dur dikenal dengan pemikiran-pemikirannya yang visioner, kebijaksanaannya yang inklusif, serta selera humornya yang khas. Hingga akhir hayatnya, Gus Dur tetap menjadi sosok yang meninggalkan jejak mendalam di hati bangsa. Ketika beliau wafat pada 30 Desember 2009, satu kalimat yang beliau sampaikan menjadi begitu bermakna: “Aku hanya pulang, bukan pergi.”
Pernyataan Gus Dur ini mencerminkan keyakinan mendalam seorang Muslim tentang hakikat kehidupan. Dalam Islam, dunia ini hanyalah tempat singgah sementara, sementara kampung halaman sejati adalah kehidupan akhirat. Gus Dur seolah mengingatkan kita bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal perjalanan menuju rumah abadi, tempat kita kembali kepada Sang Pencipta.
Allah SWT berfirman:
اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
“Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156)
Pulang yang dimaksud Gus Dur adalah perjalanan menuju Allah, perjalanan yang diiringi dengan amal baik yang telah ia tanam selama hidupnya.
Gus Dur adalah Presiden ke-4 Republik Indonesia sekaligus tokoh pluralisme yang tak henti memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Beliau dikenal sebagai:
-
Pejuang Toleransi: Gus Dur adalah pembela kaum minoritas dan pemersatu bangsa. Dalam pandangannya, semua manusia memiliki hak yang sama tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang.
-
Cendekiawan yang Merakyat: Dengan wawasan keislaman yang mendalam, Gus Dur tetap bersahaja dan mampu menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara yang ringan namun mendalam.
-
Negarawan Visioner: Meski masa kepemimpinannya singkat, Gus Dur menorehkan kebijakan penting yang membawa perubahan signifikan, seperti kebebasan pers dan pengakuan terhadap keberagaman budaya.
Kehidupan Gus Dur diwarnai oleh kontribusi luar biasa bagi bangsa dan agama. Beberapa pemikirannya yang relevan hingga kini antara lain:
-
Islam sebagai Rahmat untuk Semua: Gus Dur mengajarkan bahwa Islam harus menjadi rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya umat Islam saja.
-
Pentingnya Dialog: Dalam menyikapi perbedaan, Gus Dur selalu mengedepankan dialog, bukan konflik.
-
Kemanusiaan di Atas Segalanya: Baginya, nilai kemanusiaan lebih tinggi daripada sekadar formalitas agama.
Ketika Gus Dur berkata, “Aku hanya pulang, bukan pergi,” ia mengajarkan kepada kita tentang arti kehidupan yang sesungguhnya:
-
Hidup dengan Tujuan: Fokuslah pada kontribusi dan manfaat bagi sesama.
-
Menanam Amal Kebaikan: Semua yang kita lakukan di dunia adalah bekal untuk kehidupan setelah kematian.
-
Ikhlas dan Berserah Diri: Kematian bukan sesuatu yang perlu ditakuti jika kita telah berusaha menjalani hidup dengan penuh keberkahan.