Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Dalam Kitab Al-Istizkar, Juz 7 halaman 195, Al-Imam Ibnu ‘Abdil Baar rahimahullah menyampaikan nasihat yang penting tentang sikap manusia terhadap fenomena yang terjadi pada jasad seorang mayit. Beliau berkata:
“Mayit terkadang wajahnya berubah menjadi kehitam-hitaman atau semisal itu, dan itu terjadi karena adanya sakit atau karena tekanan darah, tapi ketika orang bodoh melihat hal tersebut, mereka mengingkari bahkan mereka menuduh dan mengarang cerita yang macam-macam terhadap mayit ini.”
Pernyataan ini mengandung beberapa faedah penting, terutama dalam memahami fenomena alamiah yang terjadi pada tubuh manusia setelah wafat dan bagaimana Islam mengajarkan kita untuk menyikapinya dengan bijak dan penuh adab.
Imam Ibnu ‘Abdil Baar menjelaskan bahwa perubahan pada tubuh mayit, seperti wajah yang menjadi kehitaman, tidak selalu menunjukkan pertanda buruk atau azab. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh:
-
Kondisi medis tertentu sebelum wafat dapat memengaruhi perubahan warna pada tubuh.
-
Setelah kematian, sirkulasi darah berhenti, dan ini dapat menyebabkan perubahan warna pada kulit karena darah mengendap di area tertentu.
Fenomena ini adalah hal yang wajar dan bagian dari proses biologis tubuh manusia setelah meninggal.
Imam Ibnu ‘Abdil Baar mengingatkan bahwa orang-orang yang kurang ilmu sering kali salah menafsirkan fenomena ini. Mereka mungkin mengaitkan perubahan fisik mayit dengan azab atau perbuatan dosa, kemudian menyebarkan cerita yang tidak berdasar.
-
Dalam Islam, dilarang untuk berprasangka buruk terhadap seorang muslim, terlebih lagi kepada mayit yang sudah tidak mampu membela dirinya.
-
Rasulullah ﷺ bersabda:
كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّا
“Mematahkan tulang orang yang mati seperti halnya mematahkannya ketika ia masih hidup.” (HR. Abu Dawud no. 3207. Dinilai sahih oleh Al-Albani)
Hal ini menunjukkan bahwa kehormatan mayit harus dijaga sebagaimana ketika ia masih hidup.
Imam Ibnu ‘Abdil Baar menyebutkan bahwa fenomena perubahan wajah mayit sering disalahartikan oleh orang-orang yang tidak memiliki ilmu. Ini menunjukkan pentingnya:
-
Memahami proses biologis dan hukum syariat membantu kita bersikap bijak dalam menghadapi hal-hal yang tampak tidak biasa.
-
Islam mengajarkan untuk menahan diri dari penilaian yang tidak memiliki dasar ilmu.