25 December 2024

UJIAN BERTUBI-TUBI DI AKHIR TAHUN? BENCANA ALAM BERULANG TERJADI, APA YANG SEBENARNYA TERJADI?

 

Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Bencana alam yang kerap terjadi menjelang akhir tahun sering dianggap sebagai “ujian bertubi-tubi” atau pertanda buruk. Banjir, tanah longsor, hingga badai tropis menjadi momok bagi ribuan warga. Namun, benarkah fenomena ini adalah sebuah ujian yang bertubi-tubi, atau ada sebab-sebab lain yang melatarbelakanginya? Dalam perspektif ilmiah dan keimanan, peristiwa ini memerlukan pemahaman yang lebih mendalam.
Fenomena bencana alam yang terjadi setiap akhir tahun sebenarnya tidak lepas dari siklus cuaca dan dinamika alam. Di wilayah tropis seperti Indonesia, curah hujan mencapai puncaknya di bulan Desember hingga Februari akibat pengaruh Monsun Asia. Angin membawa kelembapan tinggi dari Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan, memicu hujan deras yang sering kali berujung pada banjir dan longsor.
Namun, ada faktor manusia yang memperparah kondisi ini. Deforestasi, pembangunan tak terkendali, dan pengelolaan sampah yang buruk menjadi kontributor utama. Dalam hal ini, Al-Qur’an memberikan peringatan:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. Ar-Rum: 41).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi bukan semata-mata karena siklus alam, tetapi juga ulah manusia yang abai terhadap tanggung jawab menjaga bumi.
Istilah “Ujian bertubi-tubi di akhir tahun” sering muncul karena masyarakat merasa bencana ini terjadi berulang kali tanpa henti. Namun, dalam Islam, bencana bukanlah kutukan dalam arti hukuman mutlak. Sebaliknya, bencana dapat menjadi:

1. Ujian Iman

Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai bentuk cobaan. Dalam QS. Al-Baqarah: 155, Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Bagi mereka yang bersabar, ujian ini menjadi penghapus dosa dan peningkat derajat di sisi Allah.

2. Peringatan untuk Introspeksi

Bencana sering kali menjadi peringatan bagi manusia agar kembali kepada Allah dan memperbaiki amal. Dalam QS. Al-A’raf: 94, Allah berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ

Dan Kami tidaklah mengutus seorang nabi kepada suatu negeri, melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka tunduk dengan merendahkan diri.
Peringatan ini mengajak manusia untuk bertobat, memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama, dan lingkungan.
Daripada melihat bencana sebagai kutukan, ada baiknya masyarakat menganggapnya sebagai panggilan untuk bertindak dan berbenah. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Menjaga Lingkungan

Penyebab utama banjir dan longsor adalah kerusakan lingkungan. Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya menjaga alam dalam sabdanya:

عن رجل من أصحاب النبي قَالَ سمعت رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم مَنْ نَصَبَ شَجَرَةً فَصَبَرَ عَلَى حِفْظِهَا وَالْقِيَامِ عَلَيْهَا حَتَّى تُثْمِرَ كَانَ لَهُ فِى كُلِّ شَىْءٍ يُصَابُ مِنْ ثَمَرِهَا صَدَقَةٌ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ رواه أحمد

Dari salah seorang sahabat ra, ia mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang menanam pohon lalu sabar menjaga dan merawatnya hingga berbuah, maka setiap peristiwa yang menimpa buahnya akan bernilai sedekah bagi penanamnya di sisi Allah,'” (HR Ahmad).
Penghijauan, pengelolaan sampah, dan perencanaan pembangunan yang ramah lingkungan harus menjadi prioritas.

2. Meningkatkan Solidaritas Sosial

Bencana mengingatkan kita untuk saling membantu. Memberikan bantuan kepada korban, baik dalam bentuk harta maupun tenaga, merupakan amal mulia yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

3. Berdoa dan Bertawakal

Musibah adalah bagian dari takdir Allah, namun umat Islam diajarkan untuk berdoa memohon perlindungan. Salah satu doa yang dianjurkan adalah:

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوْءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari susahnya bala (bencana), hinanya kesengsaraan, keburukan qadha’ (takdir), dan kegembiraan para musuh.” (HR Bukhari dan Muslim).
Selain berdoa, tawakal harus disertai ikhtiar maksimal dalam mencegah dan menghadapi bencana.
Fenomena bencana alam akhir tahun bukanlah “Ujian bertubi-tubi,” melainkan gabungan antara siklus alam, ulah manusia, dan takdir Allah. Dalam Islam, peristiwa ini seharusnya dilihat sebagai ujian iman dan peringatan untuk introspeksi. Dengan memperbaiki hubungan dengan lingkungan, memperkuat solidaritas sosial, dan berdoa kepada Allah, bencana ini dapat menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan kualitas hidup dan keimanan kita.
In this article:
Share on social media:
Facebook
Twitter
LinkedIn
Telegram

Related articles