Dalam perspektif Islam, kemerdekaan sejatinya adalah bebas untuk bertindak. Hal ini dapat dipahami karena manusia adalah makhluk yang diberikan otonomi dan kepercayaan sebagai khalīfah fil ardh, pemimpin di muka bumi. Namun, bukan berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal), tetapi kebebasan atau kemerdekaan itu dibatasi dengan hukum-hukum dalam syariat Islam. Batasan tersebut bisa ditemukan dalam al-Quran sebagai sumber utama hukum Islam dan terdapat pula dalam hadits yang menjadi sumber hukum Islam kedua. Sehingga kemerdekaan itu mempunyai batasan dan menjadi petunjuk kepada manusia dalam menjalani kehidupan di dunia sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
Sedangkan istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut „al-Istiqlāl“. Hari Kemerdekaan disebut Id al-Istiqlāl. Hal ini merupakan bentuk penafsiran dari: التحرر والخلاص من القيد والسيطرة الاجنبية ”al-Taharrur wa al-Khalāsh min al-Qayd wa al-Saytharah al-Ajnabiyyah” artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Dalam istilah lain disebutkan: القدرة على تنفيذ مع عدم القسر والعنف من الخارج artinya Kemampuan melaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.
Kemerdekaan dalam al-Qur’an
Pertama, kisah Nabi Ibrahim ketika ia membebaskan dirinya dari orientasi asasi yang keliru dalam kehidupan manusia. Dalam Q.S al-An’am Ayat 76-79 dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan. Pencarian spiritual tersebut merupakan upaya Ibrahim dalam membebaskan hidupnya dari orientasi hidup yang diyakininya keliru, namun hidup subur dalam masyarakatnya. Seperti diketahui bersama bahwasannya masyarakat Ibrahim saat itu menyembah berhala. Bagi Ibrahim, penyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan besar. Sebab manusia telah melakukan penghambaan yang justru menjatuhkan harkat dan martabat dirinya sebagai manusia.
Kedua, makna kemerdekaan juga dapat dipetik dari kisah Nabi Musa ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Firaun. Kekejaman rezim Firaun terhadap bangsa Israel dikisahkan dalam berbagai ayat Alquran. Rezim Firaun merupakan representasi komunitas yang menyombongkan diri dan sok berkuasa di muka bumi (mustakbirun fi al-ardh).
Ketiga, kisah sukses Nabi Muhammad dalam mengemban misi profetiknya di muka bumi (QS Al-Maa’idah:3) menjadi sumber ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan secara lebih holistik dan integral. Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial.
Dan kalau kita baca Sejarah dari pada peran wali songo dalam meraih kemerdekan, maka sangatlah tanpak dari asal nama negara Indonesia, karena Ketika dilihat dari kepanjangan nama negara kita INDONESIA dengan awalan nama – nama wali songo sangatlah mempunyai relevansi.
- I Ibrahim Malik (Sunan Gresik)
- N Nawai Macdhum (Sunan Bonang)
- D Dorojatun R Khosim (Sunan Drajat)
- O Oesman R Djafar Sodiq (Sunan Kudus)
- N Ngampel R Rahmat (Sunan Ampel)
- E Eka Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
- S Syaid Umar (Sunan Muria)
- I Isyhaq Ainul Yaqin (Sunan Giri)
- A Aburahman R Syahid (Sunan Kalijaga)
Kemerdekaan dalam UU
Dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia yang kita peringati setiap 17 Agustus, para pendiri bangsa besar ini dengan jujur mengungkapkannya dalam bentuk rangkaian kalimat penuh makna, Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Cara Generasi Muda Mengisi Kemerdekaan, Pengabdian ke Masyarakat, Mendukung Perkembangan Produk dalam Negeri, Terlibat dalam Memajukan Sektor Pendidikan, Mengenalkan Budaya Indonesia Kepada Dunia, Saling Menghormati dan Berbagi, Belajar Dengan Giat, Mencintai Kesenian dan Kearifan Lokal, Toleransi Kepada Sesama, Membaca dan Melek Sejarah Indonesia, Melakukan Hal-hal Positif, dengan berbagai Ragam kemerdekaan, yaitu kemerdekaan beragama, Kemerdekaan Hidup, Kemerdekaan Berfikir, Kemerdekaan memperoleh kehormatan dan Kemerdekaan berkepemilikan
Mensyukuri kemerdekaan dengan cara banyak membaca Al qur’an, membaca sholawat, kegiatan-kegiatan social bukan dengan cara kemaksiatan. Barang siapa yang memeriahkan kemerdekaan dengan cara kemaksiatan berarti ia menghianati kemerdekaan dan mencederai para pejuang kemerdekaan. Falyataamal…..